Diabetes nefropati | Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik atau Diabetes nefropati adalah salah satu komplikasi diabetes yang menyerang ginjal. Komplikasi ini cukup penting mengingat ginjal merupakan organ yang memiliki banyak fungsi vital. Selain itu kerusakan ginjal baru bergejala jika kerusakannya sudah serius.
Ginjal memiliki beberapa fungsi:
Menyaring darah untuk menghasilkan urin (air kencing). Pengeluaran urin penting untuk keseimbangan cairan, pembuangan produk sisa metabolisme, dan pembuangan garam-garam tertentu.
Pengaturan tekanan darah.
Aktivasi provitamin D menjadi vitamin D, yang penting untuk kesehatan tulang.
Perangsangan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Diabetes adalah penyakit yang ditandai kelebihan glukosa dalam sirkulasi darah oleh karena gangguan pada insulin. Nefropati diabetik adalah kondisi di mana terjadi kerusakan pada kedua ginjal akibat diabetes. Komplikasi ini dapat timbul pada semua penderita diabetes. Biasanya nefropati diabetik ini menyerang penderita yang mengidap diabetes selama 10 tahun atau lebih. Pada sebagian orang yang diagnosis diabetesnya terlambat, rentang waktu antara diagnosis diabetes dan nefropati tentunya akan lebih singkat.
Lalu apakah semua pasien diabetes akan terkena nefropati? Ternyata tidak. Hanya 1 dari 4 pasien diabetes yang akan mengalami nefropati. Kecenderungan seseorang terkena nefropati diabetik tergantung pada faktor genetik dan penyakit penyerta, terutama hipertensi.
Nefropati diabetik umumnya dicurigai dari hasil pemeriksaan urin rutin. Adanya proteinuria ataupun mikroalbuminuria; yang menunjukkan adanya protein dalam urin; merupakan tahap awal dari nefropati. Meskipun demikian proteinuria bukanlah tanda khas untuk nefropati diabetik. Penyebab lain misalnya infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan sebagainya. Untuk memastikan bahwa gangguan fungsi ginjal ini disebabkan oleh diabetes, dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan lanjutan.
Tanpa terapi, nefropati diabetik akan memburuk, tetapi kecepatannya tidak sama antara satu penderita dengan penderita lainnya. Pertama-tama akan terjadi kebocoran protein dari ginjal, sehingga tubuh akan kekurangan protein dan terjadilah edema (pembengkakan), dimulai dari kaki. Bersamaan dengan kejadian ini, tekanan darah akan naik. Kondisi ini dapat berbahaya bagi ginjal karena tingginya tekanan darah sendiri akan merusak ginjal dan meningkatkan kecenderungan timbulnya komplikasi jantung dan pembuluh darah. Jika ini terjadi terus menerus, maka ginjal akan semakin rusak dan pada akhirnya ginjal tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kondisi akhir inilah yang disebut gagal ginjal. Pada saat seseorang sudah menderita gagal ginjal, gejala pun mulai bermunculan: mual, gatal-gatal pada kulit, tulang keropos, sesak napas, pucat akibat anemia, dan sebagainya.
Pengobatan terhadap nefropati diabetik sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah didiagnosis, agar pengobatannya lebih efektif.
Apa yang akan dilakukan dokter terhadap pasien nefropati diabetik?
Pengendalian tekanan darah sangat penting. Dokter mungkin akan memberikan obat penurun tekanan darah baik tunggal ataupun kombinasi. Obat pilihan utama yang umumnya akan diberikan dokter adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin II Receptor Blocker (ARB). Obat-obat ini dapat mengurangi kadar protein yang bocor lewat ginjal.
Pengendalian kadar gula darah. Mengendalikan kadar gula darah dapat mencegah perburukan fungsi ginjal lebih lanjut, sekaligus dapat mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi diabetes yang lain.
Memperbaiki faktor risiko penyakit jantung dengan mengendalikan kadar kolesterol.
Mencegah komplikasi diabetes lainnya. Untuk upaya ini dokter akan menganjurkan pasien diabetesnya untuk kontrol setiap jangka waktu tertentu.
Disarikan dari:
University Hospitals of Leicester. A Patients' Guide: Diabetic Nephropathy. British Kidney Patient Association / Clinical Governance and Renal Shared Governance Council.
diabetes gestasional
Diabetes gestasional dipengaruhi Postur dan Usia ibu waktu hamil
Diabetes bisa menyerang ibu hamil atau biasa disebut dengan diabetes gestational. Kini peneliti berhasil menemukan faktor risiko dari terjadinya diabetes ketika hamil.
Studi yang dipublikasikan dalam BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology menuturkan bahwa perempuan dari ras tertentu, nilai BMI dan usia menjadi faktor risiko penting terhadap pengembangan diabetes melitus gestational.
Hasil ini didapatkan dari data 585.291 kehamilan perempuan yang mengikuti perawatan antenatal dan persalinan pada tahun 1988-2000. Studi ini melibatkan 1.688 perempuan yang punya diabetes gestational dan 172.632 perempuan yang tidak.
Usia dari ibu hamil ini dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu kurang dari 20 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun dan di atas 40 tahun. Serta melihat hubungan bagaimana interaksi antara faktor risiko ini dengan perkembangan diabetes gestational.
Dalam studi ini diketahui perempuan ras Eropa putih lebih berisiko jika hamil di atas usia 30 tahun, ras hitam Afrika dan Karibia lebih berisiko jika hamil di atas usia 25 tahun, sedangkan ras Asia Selatan lebih berisiko jika berusia lebih dari 20 tahun.
Sementara untuk nilai BMI diketahui ras Eropa dan kelompok kulit hitam Karibia yang memiliki kelebihan berat badan secara signifikan lebih berisiko mengembangkan diabetes gestational dibanding ras hitam Afrika dan perempuan Asia Selatan.
"Komplikasi dari diabetes gestational mempersulit sekitar 3-5 persen kehamilan," ujar Dr Makrina Savvidou, konsultan obstetri dan fetal medicine dari Academic Department of Obstetrics and Gynaecology di Chelsea and Westminster Hospital, seperti dikutip dari MedIndia, Kamis (10/11/2011).
Sebelum ada studi ini, hal-hal yang dijadikan faktor risiko adalah riwayat kesehatan pribadi dan juga keluarga terhadap diabetes gestational serta bayi yang dikandung memiliki berat badan yang besar.
"Namun studi baru ini menunjukkan bahwa usia ibu, ras dan BMI yang dimiliki bisa menjadi faktor yang secara signifikan berkontribusi terhadap pengembangan diabetes gestational," ujarnya.
Untuk itu sangat penting bagi dokter dalam menyadari semua faktor yang bisa berkontribusi terhadap diabetes gestational karena dapat memberikan dampak yang merugikan. Disarankan ibu hamil untuk mengonsumsi makan sehat, mengendalikan berat badan sebelum hamil dan menjaga berat badan saat hamil.